Salah Siapa?Universitas atau Mahasiswa  

Pengangguran merupakan fenomena yang ada diIndonesia,khususnya pengangguran "terdidik". hal ini yang menjadi pertanyaan banyak pihak, apakah sistem pendidikan si perguruan tinggi Buruk, ataukah kualitas mahasiswanya yang memang "buruk". Saya baca di Blognya pak Romi Satria Wahono bahwa akhir-akhir ini banyak perguruan tinggi yang memasukan matakuliah enterperenurship/technopreneurship sebagai mata kuliah wajib. harus di akui bahwa Sistem pendidikan di Indonesia ternyata masih rendah dalam menghasilkan lulusan yang memiliki jiwa/ semangat kewirausahaan yang rendah. Sebagian besar lulusan pendidikan di Indonesia hanya bisa menjadi buruh atau karyawan. Padahal sarjana itu dibentuk untuk menciptakan lapangan pekerjaan (kalau bisa) Persentase yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan bahkan mempekerjakan orang lain masih sedikit. Logikanya, menjadi seorang sarjana seharusnya mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan mereka yang bukan sarjana. Seorang sarjana harus mampu berpikir kreatif, dan inovatif. Sarjana harus menjadi pelopor, tidak menunggu kesempatan. Namun, pada kenyataannya tidak semua sarjana mempunyai pemikiran seperti ini.

Berdasarkan data statistik pengangguran lulusan Diploma & Sarjana tahun 2005

Diploma

Sarjana

Perempuan

Laki-laki

Perempuan

Laki-laki

(Ribu Orang)

(Ribu Orang)

(Ribu Orang)

(Ribu Orang)

184,087

138,179

200,921

184,197

bila ditotalkan sekitar 708.254 jiwa pengangguran dari kalangan sarjana muda (Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2005).

Jumlah pengangguran di kalangan pemuda Indonesia yang berpendidikan tinggi ini mengalami peningkatan setiap tahunnya. Orang tidak bekerja alias pengangguran merupakan masalah bangsa yang tidak pernah selesai. Banyak mahasiswa yang beranggapan bahwa kuliah di kampus ternama,IP tinggi,lulus cepat pasti akan gampang mendapatkan perkejaan. Saya pernah ngobrol dengan Bpk Irwan Sjarkawi -Komisaris Utama Bakrie & Brothers. Beliau mengatakan di Harvard University USA, mahasiswa dengan IP dibawah 2,75 dibekali untuk menjadi entrepreneur/technopreneur dengan tujuan supaya mahasiswa diharapkan pada saat lulus tidak menganggur. Kemudian beliau menambahkan Kuliah cepat, IP tinggi bukan merupakan solusi untuk mendapatkan jaminan pekerjaan. Akan lebih baik jika mahasiswa dimatangkan terlebih dahulu sebelum mereka meninggalkan bangku perkuliahan dengan ditunjang aktivitas akademik maupun non akademik yang kelak akan berguna ketika mereka terjun di masyarakat.

AddThis Social Bookmark Button

6 komentar

Posting Komentar